Selasa, 13 Oktober 2009

Dampak Krisis Global Terhadap Industri Otomotif di Indonesia

Sebagai Persyaratan untuk mengikuti Mid Test untuk mata kuliah Indonesian Economic System, kami para mahasiswa diwajibkan untuk menulis makalah tentang Dampak Krisis Global terhadap Perekonomian Indonesia. Saya pun mengambil judul Dampak Krisis Global terhadap Industri Otomotif Indonesia. Dalam makalah itu akan dijelaskan penyebab serta asal muasal terjadinya krisis serta masalah-masalah yang kemudian timbul disertai dengan data deskriptif. Lalu akan dijelaskan bagaimana krisis global tersebut berdampak terhadap pada sektor perekonomian Indonesia pada umumnya serta pada Industri Otomotif pada khususnya.

BACKGROUND
Krisis Ekonomi Global yang masih berlangsung hingga saat ini bermula dari macetnya pembayaran cicilan kredit perumahan di Amerika yang disebabkan pemberian kredit perumahan yang kurang hati-hati (prudent) oleh bank dan lembaga keuangan. Semakin membesarnya krisis sektor keuangan di Amerika Serikat dinilai karena ada perubahan paradigma ekonomi yang terjadi di Negeri Paman Sam itu, dari kapitalisme produktif menjadi kapitalisme spekulatif. Usaha-usaha riil berubah menjadi usaha perdagangan kertas, uang, dan sebagainya. Keputusan suku bunga murah hingga dapat mendorong spekulasi. Penumpukan hutang nasional AS. Progam pengurangan pajak korporasi (mengurangi pendapatan negara). Kurangnya pengawasan lembaga pengawas keuangan terhadap aktifitas perdagangan berjangka yang berperan mengdongkrak harga minyak. Kerugian surat berharga property. Perubahan ini akhirnya menggelembung membentuk balon, dan pada akhirnya menemukan momentum ledakannya belakangan ini.
Berawal dari bangkrutnya Lehman Brothers langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Bursa saham di kawasan Asia seperti di Jepang, Hongkong, China, Asutralia, Singapura, India, Taiwan dan Korea Selatan, mengalami penurunan drastis 7 s/d 10 persen. Termasuk bursa saham di kawasan Timur Tengah, Rusia, Eropa, Amerika Selatan dan Amerika Utara.
Dampak Krisis Global yang melanda dunia ini yang paling terkena imbasnya adalah sektor industri. Banyak industri yang menggantungkan fundamentalnya pada pasar Internasional seperti AS dan Eropa secara tidak langsung akan terkena cukup dalam. Proses deindustrialisasi atau penurunan jumlah industri, gejolak krisis global saat ini mengarah terjadinya proses itu. Beberapa sektor Industri seperti tekstil, otomotif dan industri lainnya merasakan dampak krisis global dunia. Bila melihat dan mendengar berita dikoran dan Televisi. Beberapa Industri besar dunia kolaps seperti Nikon di Thailand merumahkan 1500 karyawannya, Pabrik Philips di Belanda mem-PHK 1600 karyawan, dll. Industri Otomotif diberbagai negara terpaksa mengurangi jumlah karyawannya dan bahkan menghentikan sementara produksinya, seperti General Motors yang telah membeli saham Daewoo tengah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara produksinya, Isuzu Motor Ltd dan Mazda Motor Corp berencana memangkas sekitar 2700 karyawan sementaranya di Jepang, Pabrikan mobil asal Amerika Chrysler menyatakan akan memotong 25%; gaji karyawannya dan juga mengumumkan negosiasi pilihan apakah pabrik ini dijual atau dimerger masih terus dibahas. Perkembangan krisis ekonomi global yang terjadi di akhir tahun 2008 ini masih belum ada tanda-tanda akan membaik, malah di berbagai banyak negara maju, resesi justru makin tidak membaik dan belum ada tanda-tanda resesi itu akan berakhir, hal dapat mengakibatkan ekspor dari banyak negara maju itu juga menurun. Bahkan penurunannya drastis, karena permintaan pasar pada tingkat global juga menurun dan daya komsumsi menurun, sehingga ada masalah dengan supply dan produksi.

PROBLEMS
Krisis finansial yang bermula di AS saat ini dampaknya telah meluas ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia. Ekonomi Indonesia diperkirakan akan terpengaruh oleh situasi ini, namun dampaknya diperkirakan tidak separah krisis 1998. Hal ini disebabkan oleh fundamental ekonomi yang lebih baik saat ini, disamping kesiapan pemerintah dan Bank Indonesia sendiri dalam menanggapi krisis tersebut yang ditunjukkan oleh komprehensifnya kebijakan yang diambil.
Sejak lama industri otomotif nasional berperan serta dalam pengembangan perekonomian Indonesia. Industri ini memiliki mata rantai yang lengkap. Mulai dari pembuatan komponen, produksi dan perakitan kendaraan, jaringan distribusi dan penjualan hingga layanan purna jual, semuanya mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Di samping itu, industri ini turut menumbuhkan industri lain seperti pembiayaan dan asuransi. Berkembangnya industri otomotif dan berbagai industri pendukungnya memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan pajak dan saat ini industri otomotif merupakan penyumbang pajak terbesar nomor empat di Indonesia. Lebih jauh lagi, pesatnya perkembangan industri otomotif nasional serta potensi pasarnya yang besar dapat menarik minat investor asing untuk mengembangkan usahanya di negeri ini.
Namun dampak krisis finansial global di AS itu cukup menghantam industri otomotif dalam negeri. Salah satu buktinya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memprediksi angka penjualan mobil tahun ini bakal menurun drastis. Jika pada 2008, angka penjualan mencatat prestasi hingga terjual lebih dari 607.151 unit, maka pada 2009 diprediksi angkanya drop hanya tinggal sekitar 350.000-450.000 unit. Atau turun sekitar 25%-30% dibandingkan tahun sebelumnya.
Prestasi gairah industri otomotif 2008, ternyata tidak lama bisa dinikmati. Sebab kini kalangan industri harus berjuang keras, bukan hanya agar selamat dari dampak krisis dan mencegah terjadinya PHK. Namun juga agar penurunan kinerja industri tahun ini tidak terlalu besar. Banyak kalangan menilai grafik pertumbuhan industri otomotif Indonesia tidak pernah landai, namun turun naik fluktuatif. Sehingga tahun 2008 bisa dikatakan sebagai tahun cemerlang, sedang 2009 ini adalah masa sulit bagi industri otomotif.

DESCRIPTION DATA
Kekhawatiran pelaku industri otomotif terhadap pengaruh krisis ekonomi makin nyata saja. Kondisi ini ditandai anjloknya angka penjualan kendaraan bermotor di awal tahun secara nasional.
Penurunan hampir terjadi pada semua jenis kendaraan khususnya truk yang merosot tajam pasca krisis berlangsung. Dari 41.114 unit di Januari 2008 turun tajam ke posisi 31.567 unit di Januari 2009
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan, tak hanya sales terjun bebas, produksi kendaraan bermotor (roda empat) ikut tergerus tajam. Perbandingannya, produksi Januari 2008 masih bisa mencapai 46.063 unit, namun tahun 2009 merosot jadi 30.268 unit atau 34,29%.
Situasi tak jauh beda diperlihatkan kendaraan roda dua (sepedamotor). Dari data terlihat, pencapaian penjualan Januari tahun 2008 mencapai 603.774 unit dan 2009 anjlok di posisi 433.341 unit atau 39,33%. Kapasitas produksi kendaraan roda dua pun terpaksa ikut terpangkas seiring berkurangnya permintaan pasar dari 600.844 unit di tahun 2008, menurun menjadi 411.638 unit atau sekitar 45,95%.
Selama tiga bulan pertama tahun 2009, industri kendaraan bermotor sudah turun 16,49 persen. Hal tersebut disampaikan Ke¬pala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan. Per¬nyataan Rusman ini mem¬per¬kuat prediksi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang memperkirakan penjualan mobil tahun ini bakal menurun drastis. Jika pada 2008, angka penjualan mencatat pres¬tasi hingga terjual lebih dari 607.151 unit, maka pada 2009 diprediksi angkanya drop hanya tinggal sekitar 350.000-450.000 unit. Atau turun sekitar 25-30 persen dibandingkan tahun se¬belumnya.

CONCLUSION
Krisis Ekonomi Global yang masih berlangsung hingga saat ini bermula dari macetnya pembayaran cicilan kredit perumahan di Amerika dan diperparah oleh bangkrutnya Lehman Brothers yang langsung mengguncang bursa saham di seluruh dunia. Dampak Krisis Global yang melanda dunia ini yang paling terkena imbasnya adalah sektor industri. Banyak industri yang menggantungkan fundamentalnya pada pasar Internasional seperti AS dan Eropa secara tidak langsung akan terkena cukup dalam..
Perkembangan krisis ekonomi global yang terjadi di akhir tahun 2008 ini masih belum ada tanda-tanda akan membaik, malah di berbagai banyak negara maju, resesi justru makin tidak membaik dan belum ada tanda-tanda resesi itu akan berakhir, hal dapat mengakibatkan ekspor dari banyak negara maju itu juga menurun. Bahkan penurunannya drastis, karena permintaan pasar pada tingkat global juga menurun dan daya komsumsi menurun, sehingga ada masalah dengan supply dan produksi.
Krisis finansial global di AS itu cukup menghantam industri otomotif dalam negeri padahal industri otomotif nasional telah lama berperan serta dalam pengembangan perekonomian Indonesia. Industri ini memiliki mata rantai yang lengkap. Mulai dari pembuatan komponen, produksi dan perakitan kendaraan, jaringan distribusi dan penjualan hingga layanan purna jual, semuanya mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Di samping itu, industri ini turut menumbuhkan industri lain seperti pembiayaan dan asuransi. Berkembangnya industri otomotif dan berbagai industri pendukungnya memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan pajak dan saat ini industri otomotif merupakan penyumbang pajak terbesar nomor empat di Indonesia. Lebih jauh lagi, pesatnya perkembangan industri otomotif nasional serta potensi pasarnya yang besar dapat menarik minat investor asing untuk mengembangkan usahanya di negeri ini.
Kekhawatiran pelaku industri otomotif terhadap pengaruh krisis ekonomi makin nyata saja. Kondisi ini ditandai anjloknya angka penjualan kendaraan bermotor di awal tahun secara nasional. Selama tiga bulan pertama tahun 2009, industri kendaraan bermotor sudah turun 16,49 persen. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperkirakan penjualan mobil tahun ini bakal menurun drastis. Jika pada 2008, angka penjualan mencatat pres¬tasi hingga terjual lebih dari 607.151 unit, maka pada 2009 diprediksi angkanya drop hanya tinggal sekitar 350.000-450.000 unit. Atau turun sekitar 25-30 persen dibandingkan tahun se¬belumnya.
Pemerintah diharapkan mampu meredam serta menanggulangi dampak krisis global ini. Namun,seiring dengan belum jelasnya prospek pemulihan krisis finansial global, serta pola nilai tukar rupiah yang cenderung mengkhawatirkan, maka mulai muncul prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih rendah dari 5%.
Dari berbagai komponen pengeluaran dalam sistem perekonomian Indonesia, konsumsi masyarakat dan investasi pemerintah tampaknya akan menjadi yang paling diandalkan untuk mendorong pertumbuhan. Ekspor yang selama ini menjadi penopang pertumbuhan akan terhambat dengan menurunnya permintaan dunia serta harga yang juga tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya.
Strategi dasar dalam mempertahankan daya beli masyarakat adalah kemampuan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga laju inflasi 2009 yang ditargetkan pada angka 7%. Sebab, melemahnya perekonomian dunia juga berdampak pada menurunnya berbagai harga komoditas pangan dan energi internasional.
Secara bertahap, penerapan subsidi tepat sasaran harus mendapat porsi lebih besar lagi dalam APBN 2009 dalam berbagai bentuk bantuan langsung maupun program pengurangan kemiskinan. Subsidi pada harga komoditas harus mulai dikurangi serta membatasi konsumsi BBM bersubsidi bagi kelompok yang tidak berhak mendapatkan subsidi. Selain menurunkan inflasi, stimulus pertumbuhan 2009 akan bergantung pada kelancaran pencairan APBN dan APBD bagi program dan proyek yang sudah ditentukan.
Sebagai antisipasi kemungkinan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sektor manufaktur, terutama industri yang padat karya, perlu dilakukan koordinasi antara proyek atau program pemerintah yang bersifat kegiatan pembangunan fisik. Dengan demikian, tenaga kerja potensial yang terkena PHK dapat segera dialihkan di berbagai kegiatan yang produktif dan dapat meminimalkan pengurangan daya beli mereka. Investasi skala besar juga akan berdampak positif bagi perekonomian nasional masa depan seperti jalan tol, pembukaan lahan pertanian baru, serta pembangkit listrik, juga harus dipercepat dengan kebijakan khusus yang harus didukung semua pihak.
Langkah-langkah di atas diharapkan mampu meredam dampak krisis global agar tidak berdampak terlalu besar bagi perekonomian Indonesia terutama di sektor industri otomotif serta dapat menyelamatkan sektor-sektor penting lainnya dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian Indoesi di tengah krisis global yang terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar