Selasa, 13 Oktober 2009

Kapan Kita Tegas Kepada Malaysia?



Masih perdulikah kita dengan aset besar yang dimiliki bangsa ini? Bangsa yang sangat kaya dengan adat istiadat, kebudayaan, sumber daya alam yang melimpah ruah, serta sumber daya manusia yang cukup besar. Keanekaragaman budaya, bahasa beserta keunikannya yang dimiliki bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia. Semua itu merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang patut kita syukuri dan kita banggakan dilahirkan sebagai bangsa Indonesia. Sebagai generasi muda penerus bangsa kita patut melestarikan dan menjaga baik-baik apa yang telah dimiliki bangsa ini, tentunya dari tangan-tangan orang yang tidak bertanggung jawab, yang ingin merusak atau ingin mengambilnya dari kita. Jika bukan kita, lalu siapa yang akan menjaga dan melestarikanya, jika tidak maka kekayaan budaya yang kita miliki sekarang akan punah seiring dengan kemajuan jaman yang semakin modern ini.


Indonesia yang sekarang memiliki 33 propinsi, tentunya kaya akan adat istiadat budayanya, baik bahasa, pakaian tradisional, alat musik, kesenian serta tarian tradisional yang berbeda-beda setiap suku bangsanya. Agama yang di anut dan di akui oleh pemerintah ada 5 yaitu Islam, Kristen protestan, khatolik, Budha, Hindu dan konghucu. Kita hidup rukun saling berdampingan satu sama lain dengan berazaskan sikap toleransi dan saling menghargai satu sama lain. Seperti yang kita banggakan kepada Negara lain salah satunya seperti batik, reog ponorogo dari Jawa Timur dan lagu daerah “rasa sayange” dari Maluku kini yang tengah ramai dipermasalahkan. Negara tetangga Malaysia tiba-tiba saja mengklaim bahwa batik, tarian reog ponorogo dan lagu “ rasa sayange” adalah kepunyaannya. Bahkan yang terbaru Tari Pendet dari Bali diklaim bahwa kebudayaan itu adalah milik Malaysia


Reog Ponorogo, salah stau kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh Malaysia


Bagaimana kita merespon dan menanggapi masalah ini? Ini bukanlah masalah yang sepele, ini harus serius kita tindak. Tentu hal ini memancing rasa emosi yang tinggi kita sebagai Bangsa Indonesia yang sudah tentu
mengetahui secara jelas bahwa itu semua adalah kepunyaan Negara Indonesia dan merupakan Budaya Asli Indonesia. Punya Indonesia dan berasal dari Indonesia! Bagaiman masalah ini dapat di selesaikan dan apa yang akan dilakukan Pemerintah dalam hal ini? Kita sebagai Bangsa Indonesia tentunya tidak boleh hanya duduk diam berpangku tangan.

Negara Malaysia yang kita kenal sebagai Negara tetangga, satu rumpun sebagai bangsa melayu seharusnya dapat membina hubungan yang baik dengan Negara Indonesia. Permasalahan yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia selalu sering terjadi dan sudah menahun namun selalu selesai dengan ungkapan minta maaf atau selesai dengan cara-cara diplomasi. Jika permasalahan itu tidak diselesaikan secara tegas akan selalu terulang dan menimbulkan perang urat syaraf. Masalah yang berlarut-larut ini harus diselasaikan secara tegas dan tuntas agar masing-masing Negara bisa saling menghargai.
Bukan hanya masalah pengklaiman budaya asli Indonesia saja yang sering ditimbulkan oleh Malaysia. Setelah berbagai penganiayaan wasit karate, sekarang Negara jiran itu melakukan perekrutan warga Negara Indonesia (WNI) untuk dijadikan paramiliter atau Askar Wataniyah. Jelas saja tindakan itu secara hukum melanggar kedaulatan bangsa Indonesia.

Munculnya berbagai macam problem pelecehan yang dilakukan oleh Malaysia bisa terjadi karena selama ini Pemerintah Indonesia tidak pernah tegas menyikapi berbagai hal itu. Permasalahan menjadi selesai ketika pihak Pemerintah Malaysia melakukan permintaan maaf, anehnya kesalahan terus dilakukan, dan permintaan maaf diucapkan kembali. Jika demikian maka masalah perekrutan Warga Negara Indonesia (WNI) menjadi Askar Wataniyah akan selesai ketika Pemerintah Malaysia kembali meminta maaf.
Pihak Indonesia sendiri menghadapi pelecehan yang dilakukan oleh Malaysia pun sering hanya melakukan gertak sambal. Ketika membuka Munas VIII Generasi Muda FKPPI di Caringin, Bogor, 29 Oktober 2007 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan dirinya siap berperang dengan pihak mana pun bila hal sudah mengganggu kedaulatan dan keutuhan bangsa. Tuduhan bahwa dirinya takut ketika perairan Ambalat bergolak ditepis Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurutnya dia saat itu juga terjun langsung ke lokasi dan memantau keadaan. Ungkapan siap dan berani perang itu terkait dengan tudingan tidak tegasnya Indonesia terhadap Malaysia yang sudah berulang kali melecehkan Indonesia.

Kalau dihitung-hitung Malaysia sudah sering melakukan aksi-aksi sepihak terhadap rakyat dan aset kekayaan Indonesia. Pertama, Malaysia membiarkan warganya dan aparatnya melakukan tindakan kekerasan terhadap warga Indonesia di Malaysia, baik yang berprofesi sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), sebagai diplomat atau delegasi olah raga. Selain itu pemukulan yang dilakukan polisi terhadap wasit karate asal Indonesia dan penangkapan istri diplomat Indonesia oleh RELA ( semacam polisi pamong praja) merupakan contoh yang lain.
Kedua, rakyat Indonesia banyak bekerja di sektor tenaga kasar dan tidak terampil maka rakyat Malaysia menempatkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang rendah dengan sebutan Indon. Kalau dalam bahasa kita sebutan itu sama dengan kere atau babu.
Ketiga, pemerintah Malaysia secara terang-terangan telah membajak dan mencuri kekayaan hak intelektual Indonesia. Setelah batik dipatenkan, lagu asli Maluku, Rasa Sayange, juga diakui sebagai lagu rakyat Malaysia.
Keempat, pemerintah Malaysia dengan Tentara Diraja-nya secara sadar dan terus menerus melanggar batas wilayah Indonesia. Bagi Malaysia Pulau Sipadan dan Ligitan tidak cukup sehingga mereka mencoba merebut perairan Ambalat dan pulau-pulau lainnya di wilayah Indonesia.
Kelima, merekrut para Warga Negara Indonesia (WNI) menjadi Laskar Wataniyah. Laskar itu berfungsi sebagai pasukan cadangan Tentara Diraja Malaysia yang akan bertugas membantu tentara Malaysia bila terjadi pertempuran.

Selalu Terulang
Permasalahan dengan Malaysia sebenarnya sudah menahun namun selalu selesai dengan ungkapan minta maaf atau selesai dengan cara-cara diplomasi. Ketika Tentara Diraja Malaysia melanggar batas-batas wilayah Indonesia, masalah menjadi selesai ketika Panglima Tentara Diraja Malaysia minta maaf. Demikian juga ketika pemukulan terhadap wasit karate asal Indonesia dianggap selesai ketika Perdana Menteri Malaysia Ahmad Badawi meminta maaf kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Tidak meruncingnya permasalahan antara Indonesia dan Malaysia hingga menimbulkan perang sebenarnya bukan dilandasi atau di selesaikan dengan cara diplomasi atau permintaan maaf. Jika permasalahan itu tidak di selesaikan secara tegas akan selalu terulang dan menimbulkan perang urat syaraf. Masalah yang berlarut-larut ini harus di selesaikan secara tegas dan tuntas agar masing-masing saling bias menghargai.
Dari sekian Presiden Indonesia, hanya Soekarno yang berani tegas terhadap Malaysia. Ungkapan Soekarno yang terkenal adalah “ Ganyang Malaysia” selalu dijadikan jargon atau teriakan ketika hubungan Indonesia dan Malaysia memanas.
Cara-cara Soekarno itulah yang mestinya dilakukan oleh presiden-presiden selanjutnya. Namun sayangnya presiden-presiden selanjutnya relatif lebih lunak dan kooperatif terhadap Malaysia. Akibatnya Indonesia selalu dipermainkan oleh Negara jiran itu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun dalam masalah Ambalat sepertinya juga sama. Ia mengatakan tidak akan terburu-buru menyatakan perang militer terhadap Negara yang akan mencaplok Indonesia. Menurutnya negosiasi lebih dikedepankan dalam mempertahankan kedaulatan bangsa, perang adalah jalan terakhir yang kita lakukan untuk mencapai kepentingan nasional.
Adanya laporan bahwa banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi anggota tentara Malaysia pun sebenarnya sudah dilaporkan Pangdam VI / Tanjungpura Mayjen TNI A.E.H. Radjagukguk sejak beberapa bulan yang lalu, namun laporan Pangdam tidak mendapat perhatian serius pemerintah. Menurut anggota Komisi I DPR RI Permadi, pemerintah sekarang memble. Pada masa Soekarno dulu pernah ada keinginan untuk membentuk angkatan kelima yang bertujuan untuk mengganyang Malaysia dan Inggris Raya. Bila pemerintah dan TNI tidak pernah tegas, kita khawatir akan ada partai politik yang akan membentuk dan menjual isu angkatan kelima sebagai komoditas politik yang sangat strategis sebab rakyat antusias dan bersemangat menjadi tentara dalam rangka mempertahankan harga diri bangsa ketika dilecehkan oleh Malaysia.

Untuk itu permasalahan dengan Malaysia memang harus diselesaikan secara tuntas sebab jika tidak persoalan-persoalan tersebut akan selalu muncul. Kekayaan budaya kita satu persatu akan di curi dan rakyat Indonesia akan selalu mengalami kekerasan oleh rakyat dan aparat Malaysia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar