Selasa, 13 Oktober 2009

Sejenak Bersama Quraish Shihab




Sebagai tugas akhir dari mata kuliah Introduction to Sociology, kami diberikan
tugas untuk melakukan wawancara dengan sosok seseorang yang sukses. Kami pun
diberikan kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk dapat melakukan wawancara
singkat dengan Bapak Quraish Shihab. Berikut adalah rangkuman dari profil beliau
serta rangkuman wawancara singkat kami dengan beliau


Profil
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab (lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, 16
Februari 1944; umur 65 tahun) adalah seorang cendekiawan muslim dalam ilmu-ilmu
Al Qur'an dan mantan Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII (1998). Kakak
kandung mantan Menko Kesra pada Kabinet Indonesia Bersatu, Alwi Shihab, ini
setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang melanjutkan
pendidikan tingkat menengah di Malang sambil menyantri di Pondok Pesantren
Darul-Hadits Al-Faqihiyyah. Pada tahun 1958 beliau berangkat ke Kairo, Mesir,
dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Tahun 1967, dia meraih gelar Lc
(S-1) pada fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir dan Hadits Universitas Al Azhar.
Beliau kemudian melanjutkan pendidikan di fakultas yang sama dan pada tahun 1969
meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir Al Qur'an dengan tesis berjudul
Al-I'jaz Al-Tasyri'i li Al-Qur'an Al-Karim.


Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat Wakil
Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Ujung Pandang.
Selain itu, beliau juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di dalam lingkungan
kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia Bagian
Timur, maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia
Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang, beliau juga sempat
melakukan beberapa penelitian; antara lain, penelitian dengan tema "Penerapan
Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur" (1975) dan "Masalah Wakaf Sulawesi
Selatan" (1978). Tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan
pendidikan di almamater lamanya. Tahun 1982 beliau meraih doktornya dalam bidang
ilmu-ilmu Al Qur'an dengan disertasi yang berjudul Nazhm Al-Durar li Al-Biqa'iy,
Tahqiq wa Dirasah, beliau lulus dengan yudisium Summa Cum Laude disertai
penghargaan tingkat I (mumtaz ma`a martabat al-syaraf al-'ula).

Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984 Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas
Ushuluddin dan Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain
itu, di luar kampus, beliau juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan.
Antara lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984); Anggota
Lajnah Pentashbih Al Qur'an Departemen Agama (sejak 1989); Anggota Badan
Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989). Beliau juga banyak terlibat dalam
beberapa organisasi profesional; antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-Ilmu
Syari`ah; Pengurus Konsorsium Ilmu-Ilmu Agama Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).


Bapak Quraish Shihab saat shooting untuk program Kultum (RCTI)


Yang tak kalah pentingya, Quraish Shihab sangat aktif sebagai penulis. Beberapa
buku yang sudah beliau hasilkan antara lain :
1. Tafsir Al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang: IAIN Alauddin,
1984)
2. Filsafat Hukum Islam (Jakarta:Departemen Agama, 1987);
3. Mahkota Tuntunan Ilahi (Tafsir Surat Al-Fatihah) (Jakarta:Untagma, 1988)
4. Membumikan Al Qur'an (Bandung:Mizan, 1992) . Buku ini merupakan salah satu
Best Seller yang terjual lebih dari 75 ribu kopi.
5. Tafsir Al-Mishbah, tafsir Al-Qur’an lengkap 30 Juz (Jakarta: Lentera Hati)
Selain menulis, beliau juga aktif mengisi program agama Islam di televisi.
Beberapa program yang cukup populer antara lain Kultum (RCTI), Tafsir Al Mishbah
(Metro TV), dan Hikmah Fajar (RCTI). Dan sekarang beliau bergelut di bidang
Pusat Studi Al Quran, di mana beliau menjadi Direktur Pusat Studi Al Quran.

Interview
Saat menjabat sebagai Menteri Agama, beliau kerap menangani hal-hal seputar
reformasi di mana pada masa itu merupakan periode reformasi setelah jatuhnya
rezim Orde Baru. Saat pertama menjabat sebagai Menteri Agama, keluarga beliau
pada awalnya tidak setuju karena takut peranan beliau sebagai kepala keluarga
sekaligus imam akan terganggu selain itu menjadi Menteri Agama bukanlah hal yang
mudah sebab dibutuhkan waktu serta tanggung jawab yang besar pula. Namun
keluarga pada akhirnya mendukung karena menjadi Menteri Agama merupakan tugas
mulia sekaligus sebagai bentuk pengabdian kepada bangsa dan negara.

Beliau yang ketika muda suka berolahraga sepakbola ini memiliki pengalaman suka
dan duka ketika hidupnya, yang paling berkesan menurut beliau adalah ketika anak
laki-lakinya yang bernama Ahmad Shihab lahir ke dunia, namun beliau juga
mengungkapkan bahwa titik terendah dalam hidup beliau adalah ketika Ibunda dari
beliau berpulang ke Allah SWT dikarenakan sakit gagal ginjal. Menurut beliau,
kesuksesan itu pada dasarnya merupakan pencapaian atas apa yang kita inginkan di
dalam hidup ini. Ketika ditanya, ukuran sukses itu seperti apa, beliau hanya
menjawab bahwa yang dapat mengukur suatu kesuksesan adalah masyarakat di sekitar
kita.

Ketika ditanya pendapatnya tentang masalah poligami yang sedang marak di zaman
sekarang, beliau mengatakan bahwa Ia tidak akan menganjurkan untuk berpoligami
kecuali dalam keadaan yang sangat teramat darurat. Beliau mengungkapkan bahwa
poligami itu seperti pintu darurat yang berada di dalam suatu pesawat, di mana
pintu tersebut tidak akan dibuka jika tidak mendapat izin dari pilot.

Maraknya kasus pernikahan antar bangsa yang belakangan ramai diberitakan oleh
media massa kini, juga membuat kami tertarik untuk menanyakan pendapat beliau
mengenai hal ini. Tentang pernikahan antar bangsa, beliau mengungkapkan bahwa
dalam pernikahan jika semakin banyak persamaan maka akan semakin besar
kesempatan untuk langgeng serta sebaliknya jika semakin banyak perbedaan maka
celah untuk retak pun akan semakin besar. Persamaan tersebut bisa saja berupa
satu bangsa serta satu agama. Beliau menekankan pentingnya satu/sama keyakinan
dalam suatu pernikahan sebagai fondasi kuat untuk pernikahan yang langgeng serta
awet. Persamaan yang lain dapat berupa pendidikan yang setara serta persamaan
budaya sebagai faktor-faktor pendukung pernikahan yang awet serta langgeng.

Pengalaman wawancara bersama Bapak Quraish Shihab sangatlah mengesankan bagi
kami semua. Selain karena sosok beliau yang rendah hati kepada siapapun, juga
karena ketenangan beliau dalam mengendalikan situasi serta permasalahan yang
ada. Kami pun dapat memetik suatu pelajaran yang berharga dari pengalaman hidup
beliau, yaitu tetap ingat kepada Tuhan YME, hidup dalam kerendahan hati serta
menjalani semua tugas yang diberikan Allah dengan penuh niat, tanggung jawab,
ketulusan serta keikhlasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar